Pada pertandingan yang mempertemukan dua klub besar Inggris, Arsenal dan Manchester United, pada musim 2024/2025, perhatian tertuju pada duel taktik antara dua manajer yang berbeda gaya: Mikel Arteta dari Arsenal dan Ruben Amorim dari Manchester United. Amorim, yang dikenal dengan pendekatan pragmatis dan agresifnya, berhasil mengalahkan Arteta yang lebih berfokus pada penguasaan bola dan permainan tiki-taka.
Taktik Amorim yang Menghancurkan Arsenal
Ruben Amorim, pelatih asal Portugal yang telah sukses membawa Sporting CP meraih sejumlah gelar domestik dan tampil impresif di kompetisi Eropa, kini melanjutkan petualangannya di Manchester United. Amorim mengadopsi filosofi permainan yang lebih langsung dan berorientasi pada serangan balik yang cepat. Dengan menggunakan formasi 4-3-3, dia memaksimalkan kecepatan pemain-pemain sayap seperti Jadon Sancho dan Alejandro Garnacho untuk menghancurkan pertahanan Arsenal yang sering bermain tinggi.
Pada pertandingan melawan Arsenal, Amorim memanfaatkan kelemahan Arteta dalam bertahan di situasi transisi. Dengan pressing yang intens dan cepat, United memaksa Arsenal melakukan kesalahan di area yang berbahaya. Di lini tengah, Bruno Fernandes dan Casemiro menguasai permainan, menghalangi kreativitas Arsenal untuk mengembangkan serangan dengan lancar.
Salah satu momen krusial dalam pertandingan adalah gol yang dicetak oleh Marcus Rashford, yang lahir dari serangan balik cepat setelah Arsenal kehilangan penguasaan bola di area tengah. Rashford, yang berlari kencang menyusuri sayap kiri, menerima umpan matang dari Fernandes dan dengan dingin mencetak gol ke gawang Aaron Ramsdale. Gol ini menunjukkan betapa efektifnya filosofi Amorim dalam memanfaatkan momen-momen transisi.
Arteta Tertekan dengan Taktik Kontra Amorim
Mikel Arteta, yang telah membawa Arsenal kembali ke jalur juara dalam beberapa tahun terakhir dengan permainan atraktif berbasis penguasaan bola, tampaknya kesulitan melawan pendekatan pragmatis Amorim. Arsenal, meski mendominasi penguasaan bola, sering kali kesulitan menghadapi tekanan tinggi dari United yang cepat dalam bertahan dan menyerang.
Di babak pertama, Arsenal mencoba menguasai lini tengah melalui Martin Ødegaard dan Declan Rice. Namun, United dengan cepat memotong alur permainan mereka, memaksa Arsenal bermain lebih lama di lini belakang dan kehilangan kendali atas jalannya pertandingan. Keterbatasan lini belakang Arsenal dalam menghadapi serangan balik menjadi salah satu faktor kunci yang dimanfaatkan dengan baik oleh Amorim.
Arteta mencoba melakukan perubahan di babak kedua dengan memasukkan Gabriel Jesus dan Leandro Trossard untuk memberikan daya serang tambahan. Meski begitu, United tetap kokoh bertahan, dengan Lisandro Martínez dan Raphael Varane menghalau setiap ancaman yang datang dari penyerang Arsenal.
Kemenangan Taktis Amorim dan Implikasinya untuk Liga
Kemenangan ini menjadi bukti bahwa Amorim mampu bersaing dengan manajer berkelas seperti Arteta dalam hal taktik. Filosofi permainan langsung, serangan balik cepat, dan tekanan tinggi yang diterapkan United menjadi ancaman besar bagi tim-tim yang mengutamakan penguasaan bola seperti Arsenal. Hasil ini juga menunjukkan bahwa meskipun Arteta telah membangun tim yang sangat solid di Arsenal, dia masih perlu memperbaiki beberapa aspek, terutama dalam menghadapi tim-tim yang mengandalkan serangan balik.
Dengan hasil ini, Manchester United semakin dekat dengan posisi puncak klasemen Liga Inggris, sementara Arsenal harus mengevaluasi strategi mereka untuk menghadapi tim-tim dengan pendekatan serupa di masa mendatang. Kemenangan Amorim atas Arteta ini menunjukkan bahwa dalam sepak bola, taktik yang efektif dan kemampuan adaptasi terhadap situasi permainan adalah kunci untuk meraih sukses.